Category Archives: Berau

Radio Talkshow Pemanfaat Hutan Mangrove di Kampung Tanjung Batu bersama Bapelitbang Kab. Berau dan Perkumpulan JALA

B_Trust Advisory Group pada Kamis, 1 September 2022 telah menyelenggarakan Radio Talkshow yang bertemakan “Pemanfaatan Hutan Mangrove di Kampung Tanjung Batu” di MBS Radio Kab. Berau bersama Bapelitbang Kab. Berau dan Perkumpulan JALA. Kegiatan ini adalah rangkaian dari Program PEDULI SDGs yang di inisiasi oleh B_Trust Advisory Group dan KPRI dengan support dari Uni Eropa.

Junedi selaku perwakilan dari Perkumpulan JALA menerangkan bahwa mereka sedang melakukan pemanfaatan Hutan Mangrove di Kampung Tanjung. Mayoritas masyarakat hanya mengetahui bahwa manfaat dari hutan mangrove ini hanya sebagai penahan ombak dan penahan angin saja, namun menurut Bang Juned (sapaan akrabnya) masih banyak hal yang bisa dimanfaatkan dari hutan mangrove yang ada di Tanjung Batu. “Hutan mangrove ini bukan hanya sabagai penahan ombak dan angin saja tapi bisa dimanfaatkan hal lain seperti menjadi teh mangrove, pewarna alami, dll,” ungkapnya.

Bang Juned, melanjutkan penjelasannya bahwa pada saat ini pemanfaatan hutan mangrove di Kampung Tanjung Batu sudah banyak inovasinya, seperti dijelaskan sebelumnya mangrove ini bisa dimanfaatkan sebagai pewarna alami untuk pakaian terutama digunakan untuk membuat batik. “Di Tanjung Batu, salah satu pemanfaatan mangrove ini sebagai pewarna untuk batik, bahkan batik ini sudah digunakan oleh ibu Wakil Gubernur dan Puteri Otonomi Daerah Kab. Berau,” Jelasnya.

Selain untuk pewarna alami, Bang Juned juga menjelaskan bahwa mangrove juga sudah dimanfaatkan sebagai olahan minuman yaitu teh. “selain dimanfaatkan sebagai pewarna batik, mangrove juga sudah dikembangkan menjadi teh dan sudah mencoba untuk didaftarkan ke BPOM namun masih terkendala karena BPOM baru kali ini melihat teh dari mangrove dan perlu di uji lebih lanjut,” Ungkapnya.

M. Hasbul Syafrani perwakilan dari Bapelitbang Kab. Berau mengungkapkan sangat mengapresiasi dengan apa yang dilakukan oleh Perkumpulan JALA di Kamapung Tanjung Batu. Pak Hasbul (sapaan akrabnya) menjelaskan bahwa hal ini adalah sebuah inovasi yang bagus, selain itu, dengan begini secara tidak langsung masyarakat sekitar akan menjaga alam.

Pak Hasbul juga menjelaskan pemanfaatan hutan mangrove yang dilakukan Perkumpulan JALA itu sudah sejalan dengan program yang ada di Pemerintah Kab. Berau “Pemanfaatan Hutan mangrove ini sudah sejalan dengan program Pemkab Berau, selain pemanfaatan juga secara tidak langsung masyarakat akan menjaga hutan mangrove yang ada di Tanjung Batu,” ungkapnya.

Pak Hasbul juga mengatakan bahwa akan mendukung apa yang dilakukan oleh Perkumpulan JALA “tentu Pemkab Berau akan mendukung apa yang sudah dilakukan oleh JALA karena ini bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk Kab. Berau, selain itu, ini juga akan menjadi kolaborasi antara OMS dan Pemkab Berau” Katanya.

Optimalkan Pembangunan di Kampung

PEMERINTAH Kabupaten (PEMKAB) Berau terus berupaya melaksanakan pembangunan berkelanjutan. salah satunya dengan mengoptimalkan pembangunan di kampung.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Perencanaan, Penelitian dan pengembangan (Bapelitbang) Berau, Agus Wahyudi mengatakan, pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs) merupakan kesepakatan dunia, yang harus dilakukan negara-negara di dunia. Dalam prosesnya, pembangunan berkelanjutan ini sekitar 74 persennya dilakukan di wilayah perkaampungan.

“Sebenarnya utuk di daerah kita, SDGs ini sudah dilakukan. Hanya saja masih ada banyak kekurangan. Terlebih pada penekanan terhadap apa saja yang harus dilakukan,” ujarnya kepada Berau Post, kemarin (12/1).

Karena itu, untuk terus menjalankan program tersebut, pihaknya mencoba melatih para aparat kampung untuk bisa melakukan pembangunan sesuai amanah di SDGs. Bahkan, program ini sampai direncanakan di level kabupaten.

“Jadi ada sekitar 97 indikator tujuan SDGs yang memang harus dilakukan oleh kabupaten,” jelasnya.

Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai apaarat kampung pun diharapkan bisa ditingkatkan. Untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Karena selama ini, dari 97 indikator yang ada di SDGs, belum 50 persen dilakukan. “Jadi memang harus bersama-sama dengan kampung kita lakukan,”katanya.

“dalam pembangunan SDGs ini juga ada beberapa persyaratan, salah satunya itu memperhatikan kaidah-kaidah lingkungan. itu yang paling penting,”terangnya.

Kemudian lewat pemahaman dan pendampingan yang dilakukan, pihaknya berkeinginan agar bisa membantu aparatur kampung, memanfaatkan Dana Desa semakin terarah. “Seperti bagaimana pemberdayaan ekonominya, bagaimana kami lakukan sanitasi, bagaimana tidak ada masyarakat miskin. Jadi semua gaiden-nya sudah ada di SDGs,”bebernya.

Narton, Wakil Ketua BPK Tanjung Batu mengatakan, perencanaan pembangunan kampung ini akan dilakukan pihaknya. Terlebih, di Kampung Tanjung Batu masih cukup banyak persoalan pembangunan yang masih harus ditangani.

“Terkadang pemerintah daerah provinsi hingga pusat , itu kalau membangun infrastruktu, misalnya untuk perawatan bangunan kurang diperhatikan. Salah satu contohnya gedung serbaguna di Tanjung Batu eks PON 2008 lalu. Sekarang sudah hancur percuma,” kata Narton.

Mengenai persoalan itu, sejauh ini pihak aparat kampung setempat sudah berupaya berkoordinasi ke pihak terkait. Bahkan mengusulkan lebih baik diserahterimakan ke kampung agar kampung bisa merawat melalui Dana Desa yang tersedia.

“Bukan hanya itu, pemerintah daeeeerah juga ada membangun lapangan sepakbola. Dan juga sering kami koordinasi baik kebagian aset hingga Dispora tentang pengelolaan lapangan sepak bola itu,” pungkaasnya. (mar/arp)

Perkumpuan JALA

Kelompok JALA (Jaringan Nelayan) terbentuk pada tanggal 30 Juli 2010, di Tanjung Batu, Berau Kaltim. Anggota kelompok JALA merupakan para nelayan Tanjung Batu terutama yang mempergunakan cara penangkapan ramah lingkungan dan kelompok lain atau perorangan yang berminat menjadi bagian dari Kelompok serta mematuhi peraturan yang ditetapkan bersama oleh Anggota Kelompok. Seiring dengan perkembangan organisasi, Kelompok JALA memutuskan untuk menjadi kelompok yang dapat mewadahi beberapa kelompok nelayan dan kelompok lainnya dengan visi yang selaras di Kampung Tanjung Batu dan sekitarnya.

Yayasan Berau Lestari (Bestari)

Yayasan Berau Lestari (Yayasan Bestari), berdiri pada tahun 2000, tepatnya 25 Februari 2000 di Tanjung Redeb, Berau Kalimantan Timur. Direktur Utamanya Sdr. M. Ryan. Yayasan Bestari beralamat di Jl. SM. Aminuddin No. 1000 RT. 9, Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Yayasan Bestari merupakan organisasi non pemerintah atau CSO/LSM local di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, bersifat nirlaba, independen, non partisan, serta menjadi lembaga berkumpul untuk semua kalangan dan menjadi wadah aspirasi warga khususnya pada pengelolaan sumber daya alam secara lestari, tidak sewenang-wenang, dan mandiri. Yayasan Bestari,  berpartisipasi dalam rangka pengelolaan SDA secara lestari dan akan mewujudkan partisipasi warga dalam pengembangan wilayah Kabupaten Berau.